Daftar
Isi
Ø Daftar
Isi………………………………….
Ø Kata
Pengantar……………………………
Ø Pendahuluan……………………………...
Ø Sejarah
Laos………………………………
Ø Negara
Laos……………………………….
Ø Keadaan
Politik Laos……………………..
Ø Kondisi
Islam di Laos
Ø Islam
Masuk di Laos
Ø Mata
Pencaharian Umat Islam di Laos
Ø Etnik
Muslim di Laos
Ø Umat
Islam dalam Konstitusi Negara Laos
Ø Kesimpulan……………………………….
Ø End
Note…………………………………
Ø Daftar
Pustaka……………………………
Ø Penutup……………………………………
KATA PENGANTAR
Limpahan puji syukur kami
panjtakan kepada Allah swt, Berkat rahmat dan karunia-Nyalah kita selalu
diberikan kesehatan dan umur panjang, Shalawat serta salam semoga selalu
terlimpahkan kepada penghulu para Nabi ialah Nabiku dan Nabi kalian Sayyidina
Muhammad saw semoga kita selaku umatnya akan mendapatkan Syafa’atnya diakhir
hari nanti amin.
Terima kasih juga
kami sampaikan kepada dosen pembimbing mata kuliah Sejarah Asia Tenggara Dosen
Prof. Dr. Azyumardi Azra M.A dalam membantu membuat makalah ini.
PENULIS
Ulfah Bughiah Fathzry Ardillah M. Hamdani Wahid
SKI 5B
Pendahuluan
Laos adalah negara yang terkurung daratan di
Asia Tenggara, berbatasan dengan Myanmar dan Republik Rakyat Tiongkok di
sebelah barat laut, Vietnam di timur, Kamboja di selatan, dan Thailand di
sebelah barat. Iklim Laos adalah tropis dan dipengaruhi oleh angin musim
terletak 17°58' LU 102°36' BT . Musim penghujan berlangsung dari Mei hingga
November, diikuti oleh musim kemarau sejak December sampai April. Ibukota dan
kota terbesar di Laos adalah Vientiane, kota-kota besar lain meliputi Luang
Prabang, Savannakhet, dan Pakse. Laos dikenal sebagai negara yang damai dan
ramah, walaupun laos pernah terlibat dalam perang Vietnam dan perang saudara
selama beberapa tahun. Kebudayaan Laos sendiri di tandai dengan adanya Agama
Theravada telah banyak mempengaruhi kebudayaan Laos. Pengaruhnya terlihat pada
bahasa, seni, sastra, Seni tari, dll. Musik Laos didominasi oleh alat musik
nasionalnya, disebut khaen (sejenis pipa bambu). Awal sejarah Laos didominasi
oleh Kerajaan Nanzhao, yang diteruskan pada abad ke-14 oleh kerajaan lokal Lan
Xang yang berlangsung hingga abad ke-18, setelah Thailand menguasai kerajaan
tersebut. Kemudian Perancis menguasai wilayah ini di abad ke-19 dan
menggabungkannya ke dalam Indochina Perancis pada 1893. Setelah penjajahan
Jepang selama Perang Dunia II, negara ini memerdekakan diri pada 1949 dengan
nama Kerajaan Laos di bawah pemerintahan Raja Sisavang Vong.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
Cara Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di Laos?
2.
Bagaimana
Pengaruh Imperilisme Barat Terhadap Muslim?
3.
Bagaimana
Muslim Laos Dapat Bertahan Hidup?
4.
Apakah
Upaya Pemerintah Laos Dalam Merukunkan Setiap Agama di Laos?
A.
Sejarah
Laos
Suku bangsa Laos merupakan cabang dari suku bangsa Thai
yang berimigrasi ke Laos dari Cina selatan sesudah abad ke-8 M. Pada abad ke-12
dan 13 dibentuklah pusat pemerintahan di Muong Swa (selanjutnya bernama Luang
Prabang, sekarang menjadi Louangphrabang).[1]
Laos pada awalnya didominasi oleh Kerajaan Nanzhao, yang
diteruskan pada abad ke-14 oleh kerajaan lokal Lan Xang yang berlangsung hingga
abad ke-18, setelah Thailand menguasai
kerajaan tersebut. Kemudian Perancis menguasai wilayah ini di abad ke-19 dan
menggabungkannya ke dalam Indochina Perancis pada 1893. Setelah penjajahan Jepang selama Perang
Dunia II, negara ini memerdekakan diri pada 1949 dengan nama Kerajaan Laos di
bawah pemerintahan Raja Sisavang Vong.
Keguncangan politik di negara tetangganya Vietnam membuat Laos menghadapi Perang Indochina Kedua yang
lebih besar (disebut juga Perang Rahasia) yang menjadi faktor ketidakstabilan
yang memicu lahirnya perang saudara dan beberapa kali kudeta. Pada 1975
kaum komunis Pathet Lao yang didukung Uni Soviet dan komunis Vietnam menendang pemerintahan Raja
Savang Vatthana dukungan Amerika Serikat dan
Perancis. Setelah mengambil alih negara ini, mereka mengganti namanya menjadi
Republik Demokratik Rakyat Laos yang masih berdiri hingga saat ini. Laos
mempererat hubungannya dengan Vietnam dan mengendurkan larangan ekonominya pada
akhir dekade 1980an dan dimasukkan ke dalam ASEAN pada 1997.[2]
B. Negara
Laos
Laos merupakan salah satu dari tiga wilayah yang disebut
Indo-China, disamping Vietnam dan Kampuchea yang disamping berdekatan dari
aspek geografis, juga mempunyai banyak pertalian sejarah dan kebudayaan.
Sehingga pembicaraan satu wilayah Indo-China, biasanya sekaligus membicarakan
ketiganya.
Nama Resmi negara Laos adalah Sathalanalat
Paxathipatai Paxaxon Lao (bahasa Laos) dalam Bahasa Prancis Republique Democratique
Populaire Lao. Bentuk negaranya adalah Republik Demokratik
dengan Kepala Negara adalah Presiden. Laos mempunyai luas wilayah 236.800 km2 bila
diandaikan dengan pulau di Indonesia kira-kira sekitar 2/3 dari pulau Sumatera dengan penduduk tahun 1993 sebanyak 4,6 juta jiwa.
Bahasa resmi adalah Lao, Prancis, Inggris. Beribukota di Vientiane. Lagu
kebangsaannya Pheng Sat.[3] Jika di tahun 1993 penduduk laos 4,6 juta jiwa dalam
data tahun 2006 laos mempunyai warga negaranya sekitar 6.5 juta jiwa, apabila
ingin di kalkulasi dengan angka terdapat klasifikasi komunitas politik yang
mempunyai jumlah kuantitatif terbanyak adalah mereka yang beragama Budha
Theravada sekitar 65%, yang terdiri dari berbagai etnis di negara Laos,
seperti etnis Mon-Khmer, etnis Lao, Tai Khadai, Austro Asiatik, dan berbagai
keturunan campuran dari negara Thailand dan negara Vietnam. dan 15 %-nya
adalah orang-orang Thai dengan 10 % sisanya merupakan suku-suku daerah
perbukitan. Dari umat Islam sendiri hanya sekitar 0,01% dari jumlah penduduk
negara Laos yang berjumlah 6,5 juta orang. Selain itu, pihak Kristen mendapat
sekitar 1,3% dan lainnya, seperti kepercayaan animisme dan baha’i sekitar 33,6%[4]
Pendapatan perkapitanya adalah 28 US dolar pertahun. Etnik yang mendiami Laos
adalah etnik Laos, Khmer, Vietnam, Campa dan Cina. Agamanya adalah Budha,
Konghucu, Kristen dan Islam.[5]
Secara geografisnya Laos adalah negara yang terkurung daratan di
Asia Tenggara, berbatasan dengan Myanmar dan Republik Rakyat Tiongkok di
sebelah barat laut, Vietnam di timur, Kamboja di selatan, dan Thailand di
sebelah barat. Iklim Laos adalah tropis dan dipengaruhi oleh angin musim
terletak 17°58' LU 102°36' BT . Musim penghujan berlangsung dari Mei hingga
November, diikuti oleh musim kemarau sejak December sampai April. Ibukota dan
kota terbesar di Laos adalah Vientiane, kota-kota besar lain meliputi Luang
Prabang, Savannakhet, dan Pakse. Laos dikenal sebagai negara yang damai dan
ramah.[6]
C. Keadaan
Politik Laos
Setelah Perang Vietnam, pecah keadaan Laos menjadi tidak
damai. Sejak tahun 1959, pasukan komunis benyak beroperasi di daerah provinsi
yang berbatasan dengan Vietnam Utara. Golongan komunis yang terkenal adalah
Pathet Lao yang dipimpin oleh Pangeran Sauvana Vong. Golongan komunis
bermusuhan dengan golongan-golongan lainnya yang dipimpin oleh Pangeran Boum
Oum dan Jendral Pahouni Nousavan yang condong kepada Amerika Serikat. Golongan
netral dipimpin oleh Pangerah Sauvana phouma dan Kapten Kong Lee yang memegang
pemerintahan saat itu.
Sebuah konferensi internasional diselenggarakan di Jenewa
tahun 1961-1962 dipimpin oleh Inggris dan Uni Soviet juga dihadiri oleh RRC.
Konferensi itu memutuskan bahwa Laos diperintah oleh pemerintahan koalisi.
Pemerintahan Koalisi ini terdiri dari aliran kiri, aliran kanan, dan aliran
netral di bawah pimpinan Pangeran Souvana Phouma. Namun demikian tidak
berlangsung lama. Pasukan Phatet Lao (aliran kiri) meninggalkan pemerintahan
dan mengangkat senjata karena dibantu oleh RRC dan Vietnam utara. Pasukan
Vietnam utara dikirim melalui daerah Laos yang disebut Ho Chi Minh Trail dengan
mendapat perlindungan dari pasukan Pathet Lao.
Dalam pemilihan umum tahun 1967, golongan netral di bawah
pimpinan Pangeran Sauvana Phouma kembali memperoleh kemenangan. Sementara itu,
pergolakan di Laos tetap berlangsung selama kurang lebih 20 tahun. Pada tahun
1973, diadakan genjatan senjata. Setahun kemudian pemerintah koalisi dipulihkan
dan tetap berada di bawah perdana Menteri Pangeran Suavana Phouma. Walaupun
demikian, masih saja tetap terjadi pertempuran yang bersifat lokal antara
pasukan beraliran kanan melawan pasukan Pathet Lao yang dipimpin
oleh Sauvana Vong (saudara tiri Sauvana Phouma). Dengan jatuhnya Kamboja dan
Vietnam selatan ke tangan komunis, maka golongan Pathet Lao semakin bertambah
besar pengaruhnya.
Pada tahun 1975 di Laos berdiri pemerintahan komunis
sehingga hubungan dengan Vietnam dan pemerintahan Heng Samarin di Kamboja
bertambah erat. Bahkan pemerintahan Laos lebih condong pada Uni Soviet.[7]
D. Kondisi Islam di Laos
Laos
dikenal sebagai salah satu Negara dengan sistem pemerintahan komunis yang tersisa
di dunia dengan mayoritas penduduknya merupakan pemeluk Budha Theravada. Tak
heran jikalau Laos merupakan negara dengan penduduk Muslim paling sedikit di
Asia Tenggara.
1. Islam
Masuk ke Laos
Agama
Islam pertama kali masuk ke Laos
melalui para pedagang Cina dari Yunnan. Para saudagar Cina ini bukan hanya
membawa dagangannya ke Laos, namun juga ke negara tetangganya seperti Thailand
dan Birma. Oleh masyarakat Laos dan Thailand, para pedagang asal Cina ini
dikenal dengan nama Chin Haw.
Peninggalan
kaum Chin Haw yang ada hingga hari ini adalah beberapa kelompok kecil komunitas
Muslim yang tinggal
di dataran tinggi dan perbukitan. Mereka menyuplai kebutuhan pokok masyarakat
perkotaan. Di sini, mereka memiliki masjid besar kebanggaan. Letaknya di ruas
jalan yang terletak di belakang pusat air mancur Nam Phui. Masjid ini dibangun
dengan gaya neo-Moghul dengan ciri khas berupa menara gaya Oriental.
Masjid
ini juga dilengkapi pengeras suara untuk adzan. Ornamen lain adalah tulisan-tulisan
di dalam masjid ini ditulis dalam lima bahasa, yaitu Arab, Tamil, Lao, Urdu,
dan Inggris. Selain kelompok Muslim Chin Haw, ada lagi kehadiran kelompok
Muslim lainnya di Laos yaitu komunitas Tamil dari selatan India. Muslim Tamil
dikenal dengan nama Labai di Madras dan sebagai Chulia di Malaysia dan Phuket.
Mereka masuk Vientiane melalui Saigon yang masjidnya memiliki kemiripan dengan
masjid mereka di Tamil.
Para
jamaah Muslim India Selatan inilah yang mendominasi masjid di Vientiane. Meski
demikian, masjid ini juga banyak dikunjungi jamaah Muslim dari berbagai negara.
Jamaah tetap di masjid ini termasuk para diplomat dari negara Muslim di
Vientiane, termasuk dari Malaysia, Indonesia, dan Palestina.
Laos merupakan salah satu negara yang kaya
dengan keberagaman etnis. Setengah populasinya yang mencapai empat setengah
juta orang berasal dari etnis Lao atau yang dikenal masyarakat lokalnya sebagai
Lao Lum. Selain mendominasi dari segi jumlah penduduk, mereka juga mendominasi
pemerintahan dan komunitas masyarakatnya.
Mereka
yang berasal dari etnis ini memiliki kedekatan kekerabatan dengan penduduk
kawasan timur laut Thailand. Mereka berasal dari dataran rendah Mekong yang
hidup mendominasi di Vientiane dan Luang Prabang. Secara tradisional, mereka
juga mendominasi pemerintahan dan masyarakat Laos.[8]
2. Mata
Pencaharian Umat Islam di Laos
Saat
ini, sebagian besar Muslim di Vientiane merupakan pebisnis. Mereka menguasai di
bidang tekstil, ekspor-impor, atau melayani komunitas mereka sendiri dengan
menjadi penjual daging atau pemilik restoran halal.
Beberapa
restoran terletak di kawasan Taj off Man Tha Hurat Road, dan dua atau tiga
restoran halal lainnya berdiri di persimpangan jalan Phonxay dan Nong Bon
Roads. Selain melayani komunitas Muslim, mereka juga menyediakan jasa katering
bagi petugas kedutaan yang beragama Islam. Sisanya, para pekerja Muslim lokal
di Vientiane bekerja di bagian tesktil di berbagai pasar di kota ini, seperti
di Talat Sao atau pasar pagi, di persimpangan jalan Lan Xang, dan Khu Vieng.
Kelompok
ini merupakan orang-orang yang percaya diri, ramah dan giat bekerja, meski
mereka berbicara bahasa Inggris tidak sebanyak mereka yang berasal dari Asia
Selatan. Setiap pertanyaan dalam bahasa Inggris yang tidak dimengerti akan
mereka jawab dengan kalimat bo hu, atau "saya tidak mengerti" dalam
bahasa Laos.
Selain
bekerja di industri tekstil, banyak Muslim Laos yang bekerja sebagai penjual
daging. Ini mengingat kebutuhan makanan yang sangat spesifik dari komunitas
Muslim, yaitu penyembelihan secara Islam. Untuk membedakan kios daging mereka
dari kios daging lain yang menjual daging babi, para penjual yang beragam Islam
memasang lambang bulan sabit atau tanda dalam bahasa Arab.
Tanda
ini menunjukkan, selain pemiliknya Muslim, mereka juga menyediakan hanya daging
halal. Maklum saja, sebagai minoritas, sangat sulit bagi mereka untuk menemukan
makanan yang dijamin kehalalannya. Daging yang biasa dipasarkan adalah daging
babi.
Selain
di Vientiane, ada lagi komunitas Muslim lainnya di Laos. Namun mereka berjumlah
lebih sedikit dan memutuskan tinggal di kota kecil di luar Vientiane. Sebagian
orang menyatakan ada sebuah masjid kecil di Sayaburi, di tepi barat Mekong
tidak jauh dari Nan. Sayaburi dulu pernah dinyatakan sebagai daerah tertutup
bagi orang asing.
3. Etnik
Muslim di Laos
Kebanyakan masyarakat muslim di Laos terdiri dari para
pedagang keturunan Arab, Asia Selatan, Melayu dan Kamboja. Ketika krisis
politik di Kamboja berkecamuk, banyak pengungsi muslim Camp yang menyebrang ke
Laos dan menetap di sana. Juga muslim Huihui (Cina muslim) banyak terdapat di
Laos. Diperkirakan jumlah masyarakat muslim di Laos mencapai 40.000 jiwa.[9]
Khusus
untuk Muslim Kamboja, mereka adalah para pengungsi dari rezim Khmer berkuasa.
Mereka melarikan diri ke Negara tetangga mereka, Laos, setelah pemimpin rezim
Pol Pot menyerukan gerakan pembersihan masal etnis Kamboja Cham Muslim dari
tanah Kamboja.
Sebagai
pengungsi, kehidupan mereka terbilang miskin. Selain itu mereka mengalami
trauma akibat pengalaman hidup di bawah tekanan Khmer sejak 1975. Semua masjid
di Kamboja dihancurkan. Mreka juga dilarang untuk beribadah atau berbicara
dalam bahasa Kamboja dan banyak di antara mereka dipaksa untuk memelihara babi.
Sejarah
pahit mengiringi kepergian Muslim Kamboja ke Laos. Mata imam masjid Kamboja di
Vientiane, Musa Abu Bakar, berlinang air mata ketika menceritakan kematian
seluruh anggota keluarganya dari kelaparan. Mereka dipaksa makan rumput,
sementara satu-satunya daging yang mereka dapatkan dari tentara Khmer hanyalah
daging babi, yang diharamkan oleh Islam.
Beberapa
orang Kamboja, seperti mereka yang di Vientiane, kemudian melarikan diri dari
kampung halamannya. Sementara sisanya berhasil bertahan dengan cara menyembunyikan
identitas etnis mereka dan juga keislamannya. Dari suluruh populasi Muslim
Kamboja, diperkirakan tujuh puluh persennya tewas akibat kelaparan dan
pembantaian.
Kini
di Laos diperkirakan ada sekitar 200 orang Muslim Kamboja. Mereka memiliki
masjid sendiri yang bernama Masjid Azhar atau yang oleh masyarakat lokal
dikenal dengan nama Masjid Kamboja. Masjid ini berlokasi di sebuah sudut di
distrik Chantaburi, Vientiane.
Meski
berjumlah sangat sedikit dan tergolong miskin, mereka teguh memegang agama. Umumnya,
mereka adalah penganut mahzab Syafii, berbeda dengan komunitas Muslim Asia
Selatan di Vientiane yang menganut mazhab Hanafi.[10]
4. Umat Islam dan
Konstitusi Negara Laos
Negara Laos mengikuti konstitusi baru pada tahun 1991
sehingga pada tahun berikutnya mengadakan pemilihan umum untuk memilih 85 kursi
Dewan Nasional yang para anggota-anggotanya dipilih secara rahasia untuk masa
jabatan selama 5 tahun. Di dalam konstitusi Laos sebenarnya menjamin dan
menghormati kebebasan berkeyakinan dan beragama, hal tersebut terlihat ketika
banyak kejadian tentang penistaan terhadap suatu agama, maka dapat diselesaikan
dengan baik. Dasar dari konstitusi ini ada di bab 3 Pasal 23 tentang
kewarganegaraan konstitusi negara Laos yang berbunyi Pasal 22 yang berbunyi
semua warga negara Laos sama di depan hukum, terlepas dari apapun kepercayaan,
etnis, status sosial dan ekonomi[11]
Dari Undang-undang diatas bahwa pemeritntah Laos
berkomitmen untuk menyamaratakan Hak-Hak warga Negaranya didepan mata hokum dan
perundang-undangan serta kebebasan warga negaranya untuk memeluk agama mana
pun. Sebab itulah Tak banyak terdengar Konflik Muslim yang minoritas dengan
beberapa Agama yang ada di Laos.
KESIMPULAN
Laos adalah sebuah negara yang memiliki luas sepertiga
dari Pulau Sumatra, beribukota di Vientine. Jumlah penduduknya pada tahun
2006 berjumlah 6.500.000. sekitar 90%
penduduk Laos beragama Budha Therevada.
Etnik minoritas di Laos Arab, Asia Selatan, Melayu
dan Kamboja. Di Laos terdapat Masjid yang dilengkapi pengeras suara untuk adzan.
Ornamen lain adalah tulisan-tulisan di dalam masjid ini ditulis dalam lima
bahasa, yaitu Arab, Tamil, Lao, Urdu, dan Inggris. Selain kelompok Muslim Chin
Haw, ada lagi kehadiran kelompok Muslim lainnya di Laos yaitu komunitas Tamil
dari selatan India. Muslim Tamil dikenal dengan nama Labai di Madras dan
sebagai Chulia di Malaysia dan Phuket.
Laos adalah negara yang mana jumlah masyarakat muslimnya
yang paling kecil di Asia Tenggara. Walaupun demikian mereka tetap teguh
memegang agama Islam
DAFTAR PUSTAKA
Ø
Abdullah, Taufiq, dkk, Ensiklopedia Temates
Dunia Islam Dinamika Masa Kini, Jakarta, PT.
Ikhtisan Baru Ven Hoeve.
Ø Badrika, I Wayan. Sejarah. Jakarta:
Erlangga.2006
Ø Boedhi Sampoeno, S. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta:
PT. Delta Pamungkas.2004
Ø Saifullah. Sejarah dan Tamadun Islam di Asia
Tenggara. Jakarta: PT. Tintamas Indoensia.
2008
Ø Wahyudi. ________. Geografi. Surakarta:
PT. Pabelan.
Ø
Muttalib, Husein,
Islam in Southeast Asia, Singapura, ISEAS Published,2008
KATA PENUTUP
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai
penelitian yang menjadi bahasan dalam Penelitian ini, tentunya banyak
kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau
referensi yang kami peroleh hubungannya dengan penelitian ini Penulis banyak
berharap kepada para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada kami demi sempurnanya makalah penelitian ini. Semoga makalah Penelitian ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca . Aamiin
PENULIS
Ulfah Bughiah Fathzry Ardillah M. Hamdani Wahid
SKI 5B