Sabtu, 25 Oktober 2014

Pelabuhan Sunda Kelapa Abad 19 dan 20 #MenulisadalahKaryaTerhebatDiDunia

Pelabuhan Sunda Kelapa Abad 19 dan 20
Daftar Isi
1.     Kata Pengantar…………………………………..
2.     Pendahuluan……………………………………..
3.     Pembahasan……………………………………….
a.     Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa
-         Pada Masa Hindhu dan Budha
-         Pelabuhan Sunda Kelapa di masa Islam
-         Pada Masa Penjajahan Belanda
b.     Fungsi Pelabuhan Sunda kelapa
c.      Perkembangan Pelabuhan Sunda kelapa Pada Abad 19 & 20
d.     Pelabuhan Sunda Kelapa Pada Abad 21
e.      Perahu-Perahu Yang Singgah di Pelabuhan Sunda Kelapa Abad 16-17
f.       Kesimpulan
4.     End Note…………………………………………
5.     Daftar Pustaka……………………………………
6.     Kata Penutup……………………………………









KATA PENGANTAR
          Limpahan puji syukur kami panjtakan kehadirat Allah swt, Berkat rahmat dan karunia-Nyalah kita selalu diberikan kesehatan dan umur panjang, Shalawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada penghulu para Nabi ialah Nabiku dan Nabi kalian Sayyidina Muhammad saw semoga kita selaku umatnya akan mendapatkan Syafa’atnya diakhir hari nanti amin.
          Terima kasih juga kami sampaikan kepada dosen pembimbing mata kuliah Sejarah Maritim Dosen Dr. Parlindungan Siregar M,Ag dalam membantu membuat makalah ini.












PENULIS
       Fathzry Ardillah
SKI 5B
       1112022000041

Pendahuluan
Nama Pelabuhan Sunda Kelapa sudah terdengar sejakabad ke-12 M. Pada masa itu pelabuhan ini sudah dikenal sebagai pelabuhan lada milik kerajaan Hindu Sunda terakhir di Jawa Barat, Pakuan Pajajaran, yang berpusat di sekitar Kota Bogor sekarang. Para pedagang nusantara kerap singgah di Sunda Kalapa di antaranya berasal dari Palembang, Tanjungpura, Malaka, Makasar dan Madura dan bahkan kapal-kapal asing dari Cina Selatan, Gujarat/ India Selatan, dan Arab sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian, kemenyan, kuda, anggur, dan zat warna untuk ditukar dengan lada dan rempah-rempah yang menjadi komoditas unggulan pada saat itu. Para pelaut Cina menyebut Sunda Kalapa dengan nama Kota Ye-cheng yang berarti kota Kelapa. Hal ini kemungkinan disebabkan banyaknya pohon kelapa yang tumbuh di sekitar pelabuhan Sunda Kalapa kala itu.

Bangsa Eropa pertama asal Portugis di bawah pimpinan de Alvin tiba pertama kali di Sunda Kelapa denganarmada empat buah kapal pada tahun 1513, sekitar dua tahun setelah menaklukkan kota Malaka. Mereka datang untuk mencari peluang perdagangan rempah-rempah dengan dunia barat. Karena dari Malaka mereka mendengar kabar bahwa Sunda Kalapa merupakan pelabuhan lada yang utama di kawasan ini. Menurut catatan perjalanan Tome Pires pada masa itu Sunda Kalapa merupakan pelabuhan yang sibuk namun diatur dengan baik.

Beberapa tahun kemudian Portugis datang kembali dibawah pimpinan Enrique Leme dengan membawa hadiah bagi Raja Sunda Pajajaran. Mereka diterima dengan baik dan pada tanggal 21 Agustus 1522 ditandatangani perjanjian antara Portugis dan Kerajaan Sunda Pajajaran. Perjanjian diabadikan pada prasasti batu Padrao yang kini dapat dilihat di Museum Nasional. Dengan perjanjian tersebut Portugis berhak membangun pos dagang dan benteng di Sunda Kalapa. Pajajaran berharap Portugis dapat membantu menghadapi serangan kerajaan-kerajaan Islam seperti Demak dan Cirebon seiring dengan menguatnya pengaruh Islam di Pulau Jawa yang mengancam keberadaan kerajaan Hindu Sunda Pajajaran.

Pada tahun 1527 saat armada kapal Portugis kembali di bawah pimpinan Francesco de Sa dengan persiapan untuk membangun benteng di Sunda Kalapa, ternyata gabungan kekuatan Muslim Cirebon dan Demak berjumlah 1.452 prajurit di bawah pimpinan Fatahillah, sudah menguasai Sunda Kelapa. Sehingga pada saat berlabuh Portugis diserang dan berhasil dikalahkan. Atas kemenangannya terhadap Kerajaan Sunda Pajajaran dan Portugis, pada tanggal 22 Juni 1527 Fatahillah mengganti nama kota pelabuhan Sunda Kalapa menjadi Jayakarta yang berarti “kemenangan yang nyata”











A.   Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa
Sunda Kelapa merupakan sebutan sebuah pelabuhan tradisional di teluk Jakarta. Nama kelapa diambil dari berita yang terdapat dalam tulisan perjalanan Tome Pires pada tahun 1513 yang berjudul Suma Oriental. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa nama pelabuhan itu adalah Kelapa. Karena pada waktu itu wilayah ini berada di bawah kekuasaan kerajaan Sunda maka kemudian pelabuhan ini disebut Sunda Kelapa.
Pelabuhan Sunda Kelapa telah dikenal semenjak abad ke-12 dan kala itu merupakan pelabuhan terpenting Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran. Kemudian pada masa masuknya Islam dan para penjelajah Eropa, Sunda Kelapa diperebutkan antara kerajaan-kerajaan Nusantara dan Eropa. Akhirnya Belanda berhasil menguasainya cukup lama sampai lebih dari 300 tahun. Para penakluk ini mengganti nama-nama pelabuhan Sunda Kelapa dan daerah sekitarnya. Namun pada awal tahun 1970-an, nama kuno “Sunda Kelapa” kembali digunakan sebagai nama resmi pelabuhan tua ini.
ð Pelabuhan Sunda Kelapa Dimasa Hindhu dan Budha (Kerajaan Sunda)
Menurut Tome Pires, Seorang Musafir yang berasal dari Portugis yang sempat Bermukim di malaka, Kerajaan Sunda mempunyai sejumlah pelabuhan penting dipesisir utara Jawa Barat diantaranya ialah : Calapa (Sunda Kelapa), Banten, Pontang, Cigede, dan Tamgara. Raja Sunda Sendiri Berdiam di Dayo (dayeuh) yang jaraknya bila diukur dengan waktu sekitar 2 hari perjalanan. Calapa Sendiri banyak menghasilkan lada yang berkualitas dan produksinya pertahunnya mencapai seribu bahar, Tome Pires juga mencatat komiditi lainnya yang di jual di pelabuhan Calapa atau sunda kelapa seperti Tamarin (asem), beras, sayur-sayuran, kambing, biri-biri, lembu dalam jumlah besar, babi dan berbagai macam buah-buahan serta rempah-rempah yang banyak dicari oleh orang-orang eropa yang dikirim ke malaka.(1)
Rempah-rempah

            Apabila kita memperhatikan relief candi Borobudur maka terdapat relief mengenai pelabuhan sunda kelapa.
            Menurut beberapa Sejarahwan Relief yang berada di candi Borobudur ini menceritakan perdagangan di pelabuhan sunda kelapa dan banyak juga bangsa asing yang melakukan aktivitas jual beli di pelabuhan sunda kelapa bahkan pelabuhan ini dahulunya adalah salah satu pelabuhan Internasional dimasanya.(2)
            Pada tahun 1522 Gubernur Portugis di malaka yang bernama d’albuquerque mengutus salah seorang yang bernama Henrique Lame untuk membuka hubungan diplomatic dengan Kerajaan Sunda, mengenai perizinan membangun benteng portugis di Sunda kelapa hal ini disambut posistif oleh Raja Pajajaran guna membantu melawan pasukan islam yang berasal dari kerajaan Demak dan Cirebon.(3)




ð Pelabuhan Sunda Kelapa di Masa Islam
Pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, para penjelajah Eropa mulai berlayar mengunjungi sudut-sudut dunia. Bangsa Portugis berlayar ke Asia dan pada tahun 1511, mereka bahkan bisa merebut kota pelabuhan Malaka, di Semenanjung Malaka. Malaka dijadikan basis untuk penjelajahan lebih lanjut di Asia Tenggara dan Asia Timur.
Tome Pires, salah seorang penjelajah Portugis, mengunjungi pelabuhan-pelabuhan di pantai utara Pulau Jawa antara tahun 1512 dan 1515. Ia menggambarkan bahwa pelabuhan Sunda Kelapa ramai disinggahi pedagang-pedagang dan pelaut dari luar seperti dari Sumatra, Malaka, Sulawesi Selatan, Jawa dan Madura. Menurut laporan tersebut, di Sunda Kelapa banyak diperdagangkan lada, beras, asam, hewan potong, emas, sayuran serta buah-buahan.
Laporan Portugis menjelaskan bahwa Sunda Kelapa terbujur sepanjang satu atau dua kilometer di atas potongan-potongan tanah sempit yang dibersihkan di kedua tepi sungai Ciliwung. Tempat ini ada di dekat muaranya yang terletak di teluk yang terlindung oleh beberapa buah pulau. Sungainya memungkinkan untuk dimasuki 10 kapal dagang yang masing-masing memiliki kapasitas sekitar 100 ton. Kapal-kapal tersebut umumnya dimiliki oleh orang-orang Melayu, Jepang dan Tionghoa. Di samping itu ada pula kapal-kapal dari daerah yang sekarang disebut Indonesia Timur. Sementara itu kapal-kapal Portugis dari tipe kecil yang memiliki kapasitas muat antara 500 - 1.000 ton harus berlabuh di depan pantai. Tome Pires juga menyatakan bahwa barang-barang komoditas dagang Sunda diangkut dengan lanchara, yaitu semacam kapal yang muatannya sampai kurang lebih 150 ton.
Lalu pada tahun 1522 Gubernur Alfonso d’Albuquerqueyang berkedudukan di Malaka mengutus Henrique Leme untuk menghadiri undangan raja Sunda untuk membangun benteng keamanan di Sunda Kalapa untuk melawan orang-orang Cirebon yang bersifat ekspansif. Sementara itu kerajaan Demak sudah menjadi pusat kekuatan politik Islam. Orang-orang Muslim ini pada awalnya adalah pendatang dari Jawa dan merupakanorang-orang Jawa keturunan Arab.
Maka pada tanggal 21 Agustus 1522 dibuatlah suatu perjanjian yang menyebutkan bahwa orang Portugis akan membuat loji (perkantoran dan perumahan yang dilengkapi benteng) di Sunda Kelapa, sedangkan Sunda Kelapa akan menerima barang-barang yang diperlukan. Raja Sunda akan memberikan kepada orang-orang Portugis 1.000 keranjang lada sebagai tanda persahabatan. Sebuah batu peringatan atau padraõdibuat untuk memperingati peristiwa itu. Padrao dimaksud disebut sebagai layang salaka domas dalam cerita rakya Sunda Mundinglaya Dikusumah. Padraõ itu ditemukan kembali pada tahun 1918 di sudut Prinsenstraat (Jalan Cengkeh) dan Groenestraat (Jalan Nelayan Timur) di Jakarta.
Kerajaan Demak menganggap perjanjian persahabatan Sunda-Portugal tersebut sebagai sebuah provokasi dan suatu ancaman baginya. Lantas Demak menugaskanFatahillah untuk mengusir Portugis sekaligus merebut kota ini. Maka pada tanggal 22 Juni 1527, pasukan gabungan Demak-Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan) merebut Sunda Kelapa. Tragedi tanggal 22 Juni inilah yang hingga kini selalu dirayakan sebagai hari jadi kota Jakarta. Sejak saat itu nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta. Nama ini biasanya diterjemahkan sebagai kota kemenangan atau kota kejayaan, namun sejatinya artinya ialah “kemenangan yang diraih oleh sebuah perbuatan atau usaha” dari bahasa Sansekerta jayakarta (Dewanagari जयकृत) (4)
ð Pelabuhan Sunda Kelapa Di Masa Kolonial Belanda
Kekuasaan Demak di Jayakarta tidak berlangsung lama. Pada akhir abad ke-16, bangsa Belanda mulai menjelajahi dunia dan mencari jalan ke timur. Mereka menugaskan Cornelis de Houtman untuk berlayar ke daerah yang sekarang disebut Indonesia. Eskspedisinya walaupun biayanya tinggi dianggap berhasil danVereenigde Oostindische Compagnie (VOC) didirikan. Dalam mencari rempah-rempah di Asia Tenggara, mereka memerlukan basis pula. Maka dalam perkembangan selanjutnya pada tanggal 30 Mei 1619, Jayakarta direbut Belanda di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen yang sekaligus memusnahkannya. Di atas puing-puing Jayakarta didirikan sebuah kota baru. J.P. Coen pada awalnya ingin menamai kota ini Nieuw Hoorn (Hoorn Baru), sesuai kota asalnya Hoorn di Belanda, tetapi akhirnya dipilih nama Batavia. Nama ini adalah nama sebuah suku Keltik yang pernah tinggal di wilayah negeri Belanda dewasa ini pada zaman Romawi (5)
Dari Sinilah Bangsa Belanda sudah mulai memonopoli perdagangan yang ada di Nusantara, tak kurang dari 300 tahun belanda sudah melakukan monopoli perdagangan dibawah perusahaan dagannya yang bernama VOC. Pelabuhan Sunda Kelapa adalah pelabuhan yang bertaraf Internasional maka keuntungan belanda dimasa tersebut dapat dikatakan sukses karena sudah membangun dan memodernisasi Ibu Kotanya Amsterdam di Belanda.
B.   Fungsi Pelabuhan Sunda Kelapa
Seperti Sudah di Paparkan di atas bahwasnya Sunda Kelapa dari masa kemasa menjadi tempat perniagaan dari masa ke masa oleh seluruh dunia, Selain Kita kenal pelabuhan-pelabuhan yang berada di Nusantara seperti Banten, Makassar dan Malaka maka Pelabuhan Sunda Kelapa Primadonanya di dataran Jawa letak yang sungguh strategis menjadikan Plabuhan Sunda kelapa diminati bangsa Asing dan Bangsa kita sendiri.
Fungsi dimasa kerajaan Pajajaran tempat mengekspor barang-barang yang berasal dari dalam negeri untuk dipasarkan di luar negeri pada masanya. Sedangkan dimasa Islam Pelabuhan ini tak Jauh juga untuk kegiatan Perniagaan dan ekspor impor seperti : rempah-rempah, kayu, hewan dan buah-buahan dan juga sebagai sarana penyebaran Agama Islam.
Sungguh disayangkan Ketika Pelabuhan Sunda Kelapa jatuh ditangan  Belanda dibawah pimpinan Jp.Coen mereka ( belanda) mulai memonopoli perdagangan yang berada dikisaran pulau jawa melalui perusahaannya VOC. VOC sendiri menerapkan bebeapa kebijakan seperti tanam paksa, kerja rodi, dan pajak yang terlalu tinggi serta barang dagangan yang dibayarkan oleh belanda jauh lebih murah dari sinilah keuntungan bangsa belanda mencapai 4 juta gilders.(6)
Akan tetapi Kekurangan pelabuhan Sunda kelapa dimasa itu ialah Setiap kapal-kapal yang ingin berlabuh ke Batavia maka kapal tersebut tidak bisa masuk/lebih dekat lagi dengan dermaga dikarenakan laut di pelabuhan sunda kelapa sangatlah dangkal maka oleh karena itu jika ingin menginjakan kaki ke Batavia maka harus menggunakan kapal laut yang ukurannya lebih kecil dan semenjak itu pula bangsa belanda membangun satu pelabuhan lagi yang bernama pelabuhan Tanjung Priok.

C.   Perkembangan pelabuhan Sunda Kelapa Pada Abad 19 hingga Abad 20
Sekitar tahun 1859 (abad 19), Sunda Kalapa sudah tidak seramai masa-masa sebelumnya. Akibat pendangkalan, kapal-kapal tidak lagi dapat bersandar di dekat pelabuhan sehingga barang-barang dari tengah laut harus diangkut dengan perahu-perahu. Kota Batavia saat itu sebenarnya sedang mengalami percepatan dan sentuhan modern (modernisasi), apalagi sejak dibukanya Terusan Suez pada tahun1869 yang mempersingkat jarak tempuh berkat kemampuan kapal-kapal uap yang lebih laju meningkatkan arus pelayaran antar samudera. Selain itu Batavia juga bersaing dengan Singapura yang dibangun Raffles sekitar tahun 1819.
Maka dibangunlah pelabuhan samudera Tanjung Priok, yang jaraknya sekitar 15 km ke timur dari Sunda Kelapa untuk menggantikannya. Hampir bersamaan dengan itu dibangun jalan kereta api pertama (1873) antara Batavia- Buitenzorg (Bogor). Empat tahun sebelumnya (1869) muncul trem berkuda yang ditarik empat ekor kuda, yang diberi besi di bagian mulutnya.
 Selain itu pada pertengahan abad ke-19 seluruh kawasan sekitar menara syahbandar yang ditinggali para elit Belanda dan Eropa menjadi tidak sehat. Dan segera sesudah wilayah sekeliling Batavia bebas dari ancaman binatang buas dan gerombolan budak pelarian, banyak orang Sunda Kalapa berpindah ke wilayah selatan.(7)
Pada masa Abad ke 20 pendudukan oleh bala tentara Dai Nippon yang mulai pada tahun 1942, Batavia diubah namanya menjadi Jakarta. Setelah bala tentara Dai Nippon keluar pada tahun 1945, nama ini tetap dipakai oleh Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia. Kemudian pada masa Orde Baru, nama Sunda Kelapa dipakai kembali. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.D.IV a.4/3/74 tanggal 6 Maret 1974, nama Sunda Kelapa dipakai lagi secara resmi sebagai nama pelabuhan. Pelabuhan ini juga biasa disebut Pasar Ikan karena di situ terdapat pasar ikan yang besar.(8)

D.   Pelabuhan Sunda Kelapa di masa ini atau Abad ke 21
Pada saat ini Pelabuhan Sunda Kelapa direncanakan menjadi kawasan wisata karena nilai sejarahnya yang tinggi. Saat ini Pelabuhan Sunda Kelapa adalah salah satu pelabuhan yang dikelola oleh PT Pelindo II yang tidak disertifikasi International Ship and Port Securitykarena sifat pelayanan jasanya hanya untuk kapal antar pulau.
Saat ini pelabuhan Sunda Kelapa memiliki luas daratan 760 hektare serta luas perairan kolam 16.470 hektare, terdiri atas dua pelabuhan utama dan pelabuhan Kalibaru. Pelabuhan utama memiliki panjang area 3.250 meter dan luas kolam lebih kurang 1.200 meter yang mampu menampung 70 perahu layar motor. Pelabuhan Kalibaru panjangnya 750 meter lebih dengan luas daratan 343.399 meter persegi, luas kolam 42.128,74 meter persegi, dan mampu menampung sekitar 65 kapal antar pulau dan memiliki lapangan penumpukan barang seluas 31.131 meter persegi.
Dari segi ekonomi, pelabuhan ini sangat strategis karena berdekatan dengan pusat-pusat perdagangan di Jakarta seperti Glodok, Pasar Pagi, Mangga Dua, dan lain-lainnya. Sebagai pelabuhan antar pulau Sunda Kelapa ramai dikunjungi kapal-kapal berukuran 175 BRT. Barang-barang yang diangkut di pelabuhan ini selain barang kelontong adalah sembako serta tekstil. Untuk pembangunan di luar pulau Jawa, dari Sunda Kelapa juga diangkut bahan bangunan seperti besi beton dan lain-lain. Pelabuhan ini juga merupakan tujuan pembongkaran bahan bangunan dari luar Jawa seperti kayu gergajian, rotan, kaoliang, kopra, dan lain sebagainya. Bongkar muat barang di pelabuhan ini masih menggunakan cara tradisional. Di pelabuhan ini juga tersedia fasilitas gudang penimbunan, baik gudang biasa maupun gudang api.
Dari segi sejarah, pelabuhan ini pun merupakan salah satu tujuan wisata bagi DKI. Tidak jauh dari pelabuhan ini terdapat Museum Bahari yang menampilkan dunia kemaritiman Indonesia masa silam serta peninggalan sejarah kolonial Belanda masa lalu.
Di sebelah selatan pelabuhan ini terdapat pula Galangan Kapal VOC dan gedung-gedung VOC yang telah direnovasi. Selain itu pelabuhan ini direncanakan akan menjalani reklamasi pantai untuk pembangunan terminal multifungsi Ancol Timur sebesar 500 hektare (9)
E.   Perahu-Perahu Yang Singgah Di Sunda Kelapa Abad 16-17
Informasi mengenai berbagai macam jenis kapal yang singgah di pelabuhan Sunda Kelapa didapatkan dari berita Belanda dan pahatan pada bangunan Belanda dari abad 17 M. Kapal-kapal yang pernah singgah di pelabuhan Sunda Kelapa antara lain kapal dari Eropa seperti kapal layar dari Belanda dan kapal Galleon Inggris. Sedangkan dari berbagai daerah di Nusantara banyak menggunakan perahu layar karena dapat berlayar dengan cepat, mudah  dan memuat banyak barang. Perahu layar tersebut di antaranya adalah perahu majung, perahu kitir, lanchara (lancaran - perahu dengan satu tiang dan bisa didayung) dan jung-jung dari Cina. Selain perahu-perahu tersebut juga terdapat kapal perang yang panjang dan dangkal atau pangajava untuk membawa dagangan dari Sunda ke Malaka.
Sumber tertulis Cina dapat memberikan sedikit informasi mengenai kapal-kapal Cina yang datang ke Batavia. Kapal-kapal Cina (jung) yang singgah di Batavia umumnya memiliki tiga layar dengan berbagai ukuran, dari dua ratus sampai delapan ratus ton. Terbuat dari kayu dan dipersenjatai dengan lengkap untuk mengantisipasi serangan perompak. Van Leur menceritakan mengenai pasokan komoditi Cina bahwa armada dagang Cina di Batavia,
Pada 1625 mempunyai tonase seluruhnya lebih besar dari tonase seluruh armada Kumpeni Belanda. Sementara itu, berdasarkan berita tertulis Inggris dapat diketahui nama-nama kapal yang berlabuh di Sunda Kelapa pada saat melakukan penyerangan terhadap Jayakarta adalah kapal-kapal dari Inggris di antaranya kapal Globe, Samson, Thomas, Unicorne, Rose, Black Lio, James Royall, de Hont, Britten dan kapal Peppercorne. Sedangkan kapal-kapal Belanda antara lain Wapen van Amsterdam, Golden Lion, Devil of Delft, Moone, Clove, Sunne, dan Bergeboat.(10)
F.     Kesimpulan
Pelabuhan Sunda Kelapa adalah pelabuhan yang bertaraf internasional dimana pelabuhan ini mempunyai tempat yang strategis bagi para pelayar untuk singgah dan menjajahkan dagangannya oleh para pribumi dimasanya. Pada kerajaan pajajaran komoditi yang terkenal adalah Lada sedangkan menurut Tome Pires “Pelabuhan sunda Kelapa adalah pelabuhannya rempah-rempah dimana market eropa sangat menginginkan eropa sehingga semuanya ingin menguasainya.
Pada Masa Pangeran jayakarta atau biasa dikenal Fathahilah Pelabuhan tersebut dikuasai bukan hanya untuk prekonomian saja akan tetapi digunakan untuk berdakwah menyiarkan agama islam.lain hal jika di kuasa oleh Belanda selama kurang lebih 300 tahun Pelabuhan ini  sudah menyumbangkan Kas Belanda untuk membangun Kotanya di Amsterdam sekaligus memonopoli perdagangan.
Pelabuhan Sunda Kelapa di era ini sudah menjadi pelabuhan seperti sedia kala akan tetapi pelabuhan ini hanya pada kapasitas bongkar muat kayu yang berasal dari Kalimantan, bongkar muat sembako dan lain-lain.







End Note
1.      Corteso, Amando, The Suma oriental of tome pires, an account of the east, from red sea to japan, written in Malacca and india 1512-1515,London, Hakluyt Society, 1944, vol 2 hal.166-168
2.      J.Knaap, Gerrit, Shallow Waters, Rising Tide, Leiden, KITLV Press, 1996, hal 152
3.      Haris, tawalinuddin, Kota dan Masyarakat Jakarta dari Kota Tradisional ke Kota colonial (abad XVI-XVIII), Jakarta, Widya Saputra, 2007.hal 23
4.      Ibid 37
5.      Susan, Blackburn, Jakarta Sejarah 400 tahun, Jakarta, Komunitas Bambu, 2011, hal 125
6.      Supratikno, Rahardjo, Sunda kelapa sebagai Bandar di Jalur Sutra, Jakarta, Laporan Penelitian, Kemendikbud, 1996 hal 26
7.      Taylor.J.Gelman, Kehidupan Sosial di Batavia, Jakarta, komunitas Bambu,2009 , hal 165
9.      Ibid
10.  Guide Museum Bahari dan papan keterangan














Daftar Pustaka
ð  Corteso, Amando, The Suma oriental of tome pires, an account of the east, from red sea to japan, written in Malacca and india 1512-1515,London, Hakluyt Society, 1944, vol 2
ð  J.Knaap, Gerrit, Shallow Waters, Rising Tide, Leiden, KITLV Press, 1996,
ð  Haris, tawalinuddin, Kota dan Masyarakat Jakarta dari Kota Tradisional ke Kota colonial (abad XVI-XVIII), Jakarta, Widya Saputra, 2007.
ð  Susan, Blackburn, Jakarta Sejarah 400 tahun, Jakarta, Komunitas Bambu, 2011
ð  Supratikno, Rahardjo, Sunda kelapa sebagai Bandar di Jalur Sutra, Jakarta, Laporan Penelitian, Kemendikbud, 1996.
ð  Taylor.J.Gelman, Kehidupan Sosial di Batavia, Jakarta, komunitas Bambu,2009.
ð  Guide Museum Bahari dan papan keterangan


















KATA PENUTUP

Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai penelitian yang menjadi bahasan dalam Penelitian ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan penelitian ini Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah penelitian ini. Semoga makalah Penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca . Aamiin 








PENULIS
       Fathzry Ardillah
SKI 5B
       1112022000041


2 komentar:

  1. PROMO FREEBET 1 JUTA MERIAHKAN NATAL DAN TAHUN BARU 2019 BOLAVITA

    - Promo Frenzy Bonus 3% Berlaku Untuk Seluruh Games Bolavita Dari Santa Claus ( Kecuali Togel )
    - Untuk Bola Tangkas Dapat Claim Bonus Dengan Syarat Withdraw Mencapai Win / Loss 25% dari Nilai Deposit + Bonus
    - Promo Berlaku untuk Member Yang Melakukan Deposit Minimal Rp 100.000
    - Maksimal Bonus Dapat di Claim adalah Rp 1.000.000
    - Syarat Penarikan Dana Adalah Melakukan Turnover Minimal 1x Dari Bonus + Deposit
    - Contoh ( Deposit 1000 ) + ( bonus 3% = 30 ) = 1000 + 30 = 1030 anda harus melakukan Valid Bet Senilai 1030 untuk melakukan penarikan dana
    - Anda Tetap Dapat Mengikuti Promo Cashback Apabila Telah Mengikuti Promo Frenzy Bonus Santa
    - Apabila Belum Mencapai Turnover Sudah Melakukan Withdraw Bonus Frenzy Kami Tarik Kembali
    - 1 User ID Berhak Melakukan Claim 1x
    - Kami Berhak Membatalkan Bonus Apabila Terdapat Indikasi Kecurangan
    - Untuk Freebet Santa Dibagikan Secara Otomatis Setiap Anda Melakukan Deposit
    * Tanggal 24 Desember Pukul 23:00 WIB Sampai Dengan Tanggal 25 Desember Pukul 05:00 WIB
    * 31 Desember 2018 Pukul 22:00 WIB Sampai Dengan Tanggal 1 Januari 2019 Pukul 07:00 WIB

    BalasHapus
  2. The Casino at Washington, D.C. | Mapyro
    Casino at Washington, 안양 출장안마 D.C. 태백 출장안마 is an affordable option for 경상남도 출장마사지 those looking for a quick getaway to 전라남도 출장안마 a 나주 출장안마 beautiful casino resort located just a short

    BalasHapus