Pelabuhan Sunda Kelapa Abad 19 dan 20
Daftar
Isi
1. Kata Pengantar…………………………………..
2. Pendahuluan……………………………………..
3. Pembahasan……………………………………….
a.
Sejarah
Pelabuhan Sunda Kelapa
-
Pada Masa
Hindhu dan Budha
-
Pelabuhan
Sunda Kelapa di masa Islam
-
Pada Masa
Penjajahan Belanda
b.
Fungsi
Pelabuhan Sunda kelapa
c.
Perkembangan
Pelabuhan Sunda kelapa Pada Abad 19 & 20
d.
Pelabuhan
Sunda Kelapa Pada Abad 21
e.
Perahu-Perahu
Yang Singgah di Pelabuhan Sunda Kelapa Abad 16-17
f.
Kesimpulan
4. End Note…………………………………………
5. Daftar Pustaka……………………………………
6. Kata Penutup……………………………………
KATA
PENGANTAR
Limpahan
puji syukur kami panjtakan kehadirat Allah swt, Berkat rahmat dan
karunia-Nyalah kita selalu diberikan kesehatan dan umur panjang, Shalawat serta
salam semoga selalu terlimpahkan kepada penghulu para Nabi ialah Nabiku dan
Nabi kalian Sayyidina Muhammad saw semoga kita selaku umatnya akan mendapatkan
Syafa’atnya diakhir hari nanti amin.
Terima
kasih juga kami sampaikan kepada dosen pembimbing mata kuliah Sejarah Maritim
Dosen Dr. Parlindungan Siregar M,Ag dalam membantu membuat makalah ini.
PENULIS
Fathzry Ardillah
SKI
5B
1112022000041
Pendahuluan
Nama Pelabuhan Sunda Kelapa
sudah terdengar sejakabad ke-12 M. Pada masa itu pelabuhan ini sudah
dikenal sebagai pelabuhan lada milik kerajaan Hindu Sunda terakhir di Jawa
Barat, Pakuan Pajajaran, yang berpusat di sekitar Kota Bogor sekarang. Para
pedagang nusantara kerap singgah di Sunda Kalapa di antaranya berasal dari
Palembang, Tanjungpura, Malaka, Makasar dan Madura dan bahkan kapal-kapal asing
dari Cina Selatan, Gujarat/ India Selatan, dan Arab sudah berlabuh di pelabuhan
ini membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian,
kemenyan, kuda, anggur, dan zat warna untuk ditukar dengan lada dan
rempah-rempah yang menjadi komoditas unggulan pada saat itu. Para pelaut Cina
menyebut Sunda Kalapa dengan nama Kota Ye-cheng yang berarti kota
Kelapa. Hal ini kemungkinan disebabkan banyaknya pohon kelapa yang
tumbuh di sekitar pelabuhan Sunda Kalapa kala itu.
Bangsa Eropa pertama asal
Portugis di bawah pimpinan de Alvin tiba pertama kali di Sunda Kelapa
denganarmada empat buah kapal pada tahun 1513, sekitar dua tahun setelah
menaklukkan kota Malaka. Mereka datang untuk mencari peluang perdagangan
rempah-rempah dengan dunia barat. Karena dari Malaka mereka mendengar kabar
bahwa Sunda Kalapa merupakan pelabuhan lada yang utama di kawasan ini. Menurut
catatan perjalanan Tome Pires pada masa itu Sunda Kalapa merupakan pelabuhan
yang sibuk namun diatur dengan baik.
Beberapa tahun kemudian
Portugis datang kembali dibawah pimpinan Enrique Leme dengan membawa
hadiah bagi Raja Sunda Pajajaran. Mereka diterima dengan baik dan pada tanggal
21 Agustus 1522 ditandatangani perjanjian antara Portugis dan Kerajaan Sunda
Pajajaran. Perjanjian diabadikan pada prasasti batu Padrao yang kini dapat
dilihat di Museum Nasional. Dengan perjanjian tersebut Portugis berhak
membangun pos dagang dan benteng di Sunda Kalapa. Pajajaran berharap Portugis
dapat membantu menghadapi serangan kerajaan-kerajaan Islam seperti Demak dan
Cirebon seiring dengan menguatnya pengaruh Islam di Pulau Jawa yang mengancam
keberadaan kerajaan Hindu Sunda Pajajaran.
Pada
tahun 1527 saat armada kapal Portugis kembali di bawah
pimpinan Francesco de Sa dengan persiapan untuk membangun benteng di
Sunda Kalapa, ternyata gabungan kekuatan Muslim Cirebon dan Demak berjumlah
1.452 prajurit di bawah pimpinan Fatahillah, sudah menguasai Sunda Kelapa.
Sehingga pada saat berlabuh Portugis diserang dan berhasil dikalahkan. Atas
kemenangannya terhadap Kerajaan Sunda Pajajaran dan Portugis, pada tanggal 22
Juni 1527 Fatahillah mengganti nama kota pelabuhan Sunda Kalapa menjadi
Jayakarta yang berarti “kemenangan yang nyata”
A. Sejarah
Pelabuhan Sunda Kelapa
Sunda Kelapa merupakan
sebutan sebuah pelabuhan tradisional di teluk Jakarta. Nama kelapa diambil dari
berita yang terdapat dalam tulisan perjalanan Tome Pires pada tahun 1513 yang
berjudul Suma Oriental. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa nama pelabuhan itu
adalah Kelapa. Karena pada waktu itu wilayah ini berada di bawah kekuasaan
kerajaan Sunda maka kemudian pelabuhan ini disebut Sunda Kelapa.
Pelabuhan Sunda Kelapa
telah dikenal semenjak abad ke-12 dan
kala itu merupakan pelabuhan terpenting Kerajaan Sunda yang
beribukota di Pajajaran. Kemudian pada masa masuknya Islam dan para penjelajah
Eropa, Sunda Kelapa diperebutkan antara kerajaan-kerajaan Nusantara dan Eropa.
Akhirnya Belanda berhasil menguasainya cukup lama sampai lebih dari 300 tahun.
Para penakluk ini mengganti nama-nama pelabuhan Sunda Kelapa dan daerah
sekitarnya. Namun pada awal tahun 1970-an, nama kuno “Sunda Kelapa” kembali
digunakan sebagai nama resmi pelabuhan tua ini.
ð Pelabuhan Sunda Kelapa Dimasa Hindhu dan
Budha (Kerajaan Sunda)
Menurut Tome Pires, Seorang
Musafir yang berasal dari Portugis yang sempat Bermukim di malaka, Kerajaan
Sunda mempunyai sejumlah pelabuhan penting dipesisir utara Jawa Barat
diantaranya ialah : Calapa (Sunda Kelapa), Banten, Pontang, Cigede, dan Tamgara.
Raja Sunda Sendiri Berdiam di Dayo (dayeuh) yang jaraknya bila diukur dengan
waktu sekitar 2 hari perjalanan. Calapa Sendiri banyak menghasilkan lada yang
berkualitas dan produksinya pertahunnya mencapai seribu bahar, Tome Pires juga
mencatat komiditi lainnya yang di jual di pelabuhan Calapa atau sunda kelapa
seperti Tamarin (asem), beras, sayur-sayuran, kambing, biri-biri, lembu dalam
jumlah besar, babi dan berbagai macam buah-buahan serta rempah-rempah yang
banyak dicari oleh orang-orang eropa yang dikirim ke malaka.(1)
Rempah-rempah
Apabila
kita memperhatikan relief candi Borobudur maka terdapat relief mengenai
pelabuhan sunda kelapa.
Menurut
beberapa Sejarahwan Relief yang berada di candi Borobudur ini menceritakan
perdagangan di pelabuhan sunda kelapa dan banyak juga bangsa asing yang
melakukan aktivitas jual beli di pelabuhan sunda kelapa bahkan pelabuhan ini
dahulunya adalah salah satu pelabuhan Internasional dimasanya.(2)
Pada
tahun 1522 Gubernur Portugis di malaka yang bernama d’albuquerque mengutus salah
seorang yang bernama Henrique Lame untuk membuka hubungan diplomatic dengan
Kerajaan Sunda, mengenai perizinan membangun benteng portugis di Sunda kelapa
hal ini disambut posistif oleh Raja Pajajaran guna membantu melawan pasukan
islam yang berasal dari kerajaan Demak dan Cirebon.(3)
ð Pelabuhan Sunda Kelapa di Masa Islam
Pada akhir abad ke-15 dan
awal abad ke-16, para penjelajah Eropa mulai berlayar mengunjungi sudut-sudut
dunia. Bangsa Portugis berlayar ke Asia dan pada tahun 1511, mereka bahkan bisa
merebut kota pelabuhan Malaka, di Semenanjung Malaka. Malaka dijadikan basis
untuk penjelajahan lebih lanjut di Asia Tenggara dan Asia Timur.
Tome Pires,
salah seorang penjelajah Portugis, mengunjungi pelabuhan-pelabuhan di pantai
utara Pulau Jawa antara tahun 1512 dan 1515. Ia menggambarkan bahwa pelabuhan
Sunda Kelapa ramai disinggahi pedagang-pedagang dan pelaut dari luar seperti
dari Sumatra, Malaka, Sulawesi Selatan, Jawa dan Madura. Menurut laporan
tersebut, di Sunda Kelapa banyak diperdagangkan lada, beras, asam, hewan
potong, emas, sayuran serta buah-buahan.
Laporan Portugis
menjelaskan bahwa Sunda Kelapa terbujur sepanjang satu atau dua kilometer di
atas potongan-potongan tanah sempit yang dibersihkan di kedua tepi sungai
Ciliwung. Tempat ini ada di dekat muaranya yang terletak di teluk yang
terlindung oleh beberapa buah pulau. Sungainya memungkinkan untuk dimasuki 10
kapal dagang yang masing-masing memiliki kapasitas sekitar 100 ton. Kapal-kapal
tersebut umumnya dimiliki oleh orang-orang Melayu, Jepang dan Tionghoa. Di
samping itu ada pula kapal-kapal dari daerah yang sekarang disebut Indonesia
Timur. Sementara itu kapal-kapal Portugis dari tipe kecil yang memiliki
kapasitas muat antara 500 - 1.000 ton harus berlabuh di depan pantai. Tome
Pires juga menyatakan bahwa barang-barang komoditas dagang Sunda diangkut
dengan lanchara, yaitu semacam kapal yang muatannya sampai kurang
lebih 150 ton.
Lalu pada tahun 1522
Gubernur Alfonso d’Albuquerqueyang
berkedudukan di Malaka mengutus Henrique Leme untuk menghadiri undangan raja
Sunda untuk membangun benteng keamanan di Sunda Kalapa untuk melawan
orang-orang Cirebon yang bersifat ekspansif. Sementara itu kerajaan Demak sudah
menjadi pusat kekuatan politik Islam. Orang-orang Muslim ini pada
awalnya adalah pendatang dari Jawa dan merupakanorang-orang Jawa keturunan Arab.
Maka pada tanggal 21 Agustus 1522 dibuatlah suatu perjanjian yang
menyebutkan bahwa orang Portugis akan membuat loji (perkantoran dan perumahan
yang dilengkapi benteng) di Sunda Kelapa, sedangkan Sunda Kelapa akan menerima
barang-barang yang diperlukan. Raja Sunda akan memberikan kepada orang-orang
Portugis 1.000 keranjang lada sebagai tanda persahabatan. Sebuah batu
peringatan atau padraõdibuat untuk memperingati peristiwa itu.
Padrao dimaksud disebut sebagai layang salaka domas dalam cerita rakya
Sunda Mundinglaya Dikusumah.
Padraõ itu ditemukan kembali pada tahun 1918 di sudut Prinsenstraat (Jalan
Cengkeh) dan Groenestraat (Jalan Nelayan Timur) di Jakarta.
Kerajaan Demak menganggap
perjanjian persahabatan Sunda-Portugal tersebut sebagai sebuah provokasi dan
suatu ancaman baginya. Lantas Demak menugaskanFatahillah untuk
mengusir Portugis sekaligus
merebut kota ini. Maka pada tanggal 22 Juni 1527, pasukan gabungan Demak-Cirebon di bawah
pimpinan Fatahillah (Faletehan) merebut Sunda Kelapa. Tragedi tanggal 22 Juni
inilah yang hingga kini selalu dirayakan sebagai hari jadi kota Jakarta. Sejak
saat itu nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta. Nama ini biasanya
diterjemahkan sebagai kota kemenangan atau kota kejayaan, namun sejatinya
artinya ialah “kemenangan yang diraih oleh sebuah perbuatan atau usaha” dari
bahasa Sansekerta jayakarta (Dewanagari जयकृत) (4)
ð Pelabuhan Sunda Kelapa Di Masa Kolonial Belanda
Kekuasaan Demak di
Jayakarta tidak berlangsung lama. Pada akhir abad ke-16, bangsa Belanda mulai
menjelajahi dunia dan mencari jalan ke timur. Mereka menugaskan Cornelis de
Houtman untuk berlayar ke daerah yang sekarang disebut Indonesia. Eskspedisinya
walaupun biayanya tinggi dianggap berhasil danVereenigde
Oostindische Compagnie (VOC) didirikan. Dalam mencari
rempah-rempah di Asia Tenggara, mereka memerlukan basis pula. Maka dalam
perkembangan selanjutnya pada tanggal 30 Mei 1619, Jayakarta direbut Belanda di
bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen yang
sekaligus memusnahkannya. Di atas puing-puing Jayakarta didirikan sebuah kota
baru. J.P. Coen pada awalnya ingin menamai kota ini Nieuw Hoorn (Hoorn Baru),
sesuai kota asalnya Hoorn di
Belanda, tetapi akhirnya dipilih nama Batavia. Nama ini adalah nama sebuah suku
Keltik yang pernah tinggal di wilayah negeri Belanda dewasa ini pada zaman
Romawi (5)
Dari Sinilah Bangsa Belanda
sudah mulai memonopoli perdagangan yang ada di Nusantara, tak kurang dari 300
tahun belanda sudah melakukan monopoli perdagangan dibawah perusahaan dagannya
yang bernama VOC. Pelabuhan Sunda Kelapa adalah pelabuhan yang bertaraf
Internasional maka keuntungan belanda dimasa tersebut dapat dikatakan sukses
karena sudah membangun dan memodernisasi Ibu Kotanya Amsterdam di Belanda.
B.
Fungsi
Pelabuhan Sunda Kelapa
Seperti Sudah di Paparkan
di atas bahwasnya Sunda Kelapa dari masa kemasa menjadi tempat perniagaan dari
masa ke masa oleh seluruh dunia, Selain Kita kenal pelabuhan-pelabuhan yang
berada di Nusantara seperti Banten, Makassar dan Malaka maka Pelabuhan Sunda
Kelapa Primadonanya di dataran Jawa letak yang sungguh strategis menjadikan
Plabuhan Sunda kelapa diminati bangsa Asing dan Bangsa kita sendiri.
Fungsi dimasa kerajaan
Pajajaran tempat mengekspor barang-barang yang berasal dari dalam negeri untuk
dipasarkan di luar negeri pada masanya. Sedangkan dimasa Islam Pelabuhan ini
tak Jauh juga untuk kegiatan Perniagaan dan ekspor impor seperti :
rempah-rempah, kayu, hewan dan buah-buahan dan juga sebagai sarana penyebaran
Agama Islam.
Sungguh disayangkan Ketika
Pelabuhan Sunda Kelapa jatuh ditangan
Belanda dibawah pimpinan Jp.Coen mereka ( belanda) mulai memonopoli
perdagangan yang berada dikisaran pulau jawa melalui perusahaannya VOC. VOC
sendiri menerapkan bebeapa kebijakan seperti tanam paksa, kerja rodi, dan pajak
yang terlalu tinggi serta barang dagangan yang dibayarkan oleh belanda jauh
lebih murah dari sinilah keuntungan bangsa belanda mencapai 4 juta gilders.(6)
Akan tetapi Kekurangan
pelabuhan Sunda kelapa dimasa itu ialah Setiap kapal-kapal yang ingin berlabuh
ke Batavia maka kapal tersebut tidak bisa masuk/lebih dekat lagi dengan dermaga
dikarenakan laut di pelabuhan sunda kelapa sangatlah dangkal maka oleh karena
itu jika ingin menginjakan kaki ke Batavia maka harus menggunakan kapal laut
yang ukurannya lebih kecil dan semenjak itu pula bangsa belanda membangun satu
pelabuhan lagi yang bernama pelabuhan Tanjung Priok.
C.
Perkembangan
pelabuhan Sunda Kelapa Pada Abad 19 hingga Abad 20
Sekitar tahun 1859 (abad 19), Sunda Kalapa sudah tidak seramai
masa-masa sebelumnya. Akibat pendangkalan, kapal-kapal tidak lagi dapat
bersandar di dekat pelabuhan sehingga barang-barang dari tengah laut harus
diangkut dengan perahu-perahu. Kota Batavia saat
itu sebenarnya sedang mengalami percepatan dan sentuhan modern (modernisasi),
apalagi sejak dibukanya Terusan Suez pada tahun1869 yang mempersingkat jarak
tempuh berkat kemampuan kapal-kapal uap yang lebih laju meningkatkan arus
pelayaran antar samudera. Selain itu Batavia juga
bersaing dengan Singapura yang
dibangun Raffles sekitar
tahun 1819.
Maka dibangunlah pelabuhan
samudera Tanjung Priok,
yang jaraknya sekitar 15 km ke timur dari Sunda Kelapa untuk menggantikannya.
Hampir bersamaan dengan itu dibangun jalan kereta api pertama
(1873)
antara Batavia-
Buitenzorg (Bogor).
Empat tahun sebelumnya (1869)
muncul trem berkuda yang ditarik empat ekor kuda, yang diberi besi di bagian
mulutnya.
Selain itu pada
pertengahan abad ke-19 seluruh kawasan sekitar menara syahbandar yang
ditinggali para elit Belanda dan Eropa menjadi
tidak sehat. Dan segera sesudah wilayah sekeliling Batavia bebas
dari ancaman binatang buas dan gerombolan budak pelarian, banyak orang Sunda
Kalapa berpindah ke wilayah selatan.(7)
Pada masa Abad ke 20
pendudukan oleh bala tentara Dai Nippon yang
mulai pada tahun 1942,
Batavia diubah namanya menjadi Jakarta. Setelah bala tentara Dai Nippon keluar
pada tahun 1945, nama ini tetap dipakai oleh Belanda yang ingin menguasai
kembali Indonesia. Kemudian pada masa Orde Baru,
nama Sunda Kelapa dipakai kembali. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI
Jakarta No.D.IV a.4/3/74 tanggal 6 Maret 1974, nama Sunda Kelapa dipakai lagi secara resmi
sebagai nama pelabuhan. Pelabuhan ini juga biasa disebut Pasar Ikan karena di
situ terdapat pasar ikan yang besar.(8)
D.
Pelabuhan
Sunda Kelapa di masa ini atau Abad ke 21
Pada saat ini Pelabuhan Sunda Kelapa
direncanakan menjadi kawasan wisata karena nilai sejarahnya yang tinggi.
Saat ini Pelabuhan Sunda Kelapa adalah salah satu pelabuhan yang dikelola oleh PT Pelindo II yang tidak disertifikasi International Ship and Port Securitykarena sifat pelayanan jasanya hanya
untuk kapal antar pulau.
Saat ini pelabuhan Sunda Kelapa
memiliki luas daratan 760 hektare serta luas perairan kolam 16.470 hektare,
terdiri atas dua pelabuhan utama dan pelabuhan Kalibaru. Pelabuhan utama
memiliki panjang area 3.250 meter dan luas kolam lebih kurang 1.200 meter yang
mampu menampung 70 perahu layar motor. Pelabuhan Kalibaru panjangnya 750 meter
lebih dengan luas daratan 343.399 meter persegi, luas kolam 42.128,74 meter
persegi, dan mampu menampung sekitar 65 kapal antar pulau dan memiliki lapangan
penumpukan barang seluas 31.131 meter persegi.
Dari segi ekonomi, pelabuhan ini
sangat strategis karena berdekatan dengan pusat-pusat perdagangan di Jakarta
seperti Glodok, Pasar Pagi, Mangga Dua, dan lain-lainnya. Sebagai pelabuhan
antar pulau Sunda Kelapa ramai dikunjungi kapal-kapal berukuran 175 BRT.
Barang-barang yang diangkut di pelabuhan ini selain barang kelontong adalah
sembako serta tekstil. Untuk pembangunan di luar pulau Jawa, dari Sunda Kelapa
juga diangkut bahan bangunan seperti besi beton dan lain-lain. Pelabuhan ini
juga merupakan tujuan pembongkaran bahan bangunan dari luar Jawa seperti kayu
gergajian, rotan, kaoliang, kopra, dan lain sebagainya. Bongkar muat barang di
pelabuhan ini masih menggunakan cara tradisional. Di pelabuhan ini juga
tersedia fasilitas gudang penimbunan, baik gudang biasa maupun gudang api.
Dari segi sejarah, pelabuhan ini pun
merupakan salah satu tujuan wisata bagi DKI. Tidak jauh dari pelabuhan ini
terdapat Museum Bahari yang menampilkan dunia kemaritiman Indonesia masa silam
serta peninggalan sejarah kolonial Belanda masa lalu.
Di sebelah selatan pelabuhan ini
terdapat pula Galangan Kapal VOC dan gedung-gedung VOC yang telah direnovasi.
Selain itu pelabuhan ini direncanakan akan menjalani reklamasi pantai untuk pembangunan terminal
multifungsi Ancol Timur sebesar 500 hektare (9)
E.
Perahu-Perahu
Yang Singgah Di Sunda Kelapa Abad 16-17
Informasi
mengenai berbagai macam jenis kapal yang singgah di pelabuhan Sunda Kelapa
didapatkan dari berita Belanda dan pahatan pada bangunan Belanda dari abad 17
M. Kapal-kapal yang pernah singgah di pelabuhan Sunda Kelapa antara lain kapal
dari Eropa seperti kapal layar dari Belanda dan kapal Galleon Inggris.
Sedangkan dari berbagai daerah di Nusantara banyak menggunakan perahu layar
karena dapat berlayar dengan cepat, mudah dan memuat banyak barang.
Perahu layar tersebut di antaranya adalah perahu majung, perahu kitir, lanchara (lancaran
- perahu dengan satu tiang dan bisa didayung) dan jung-jung dari Cina. Selain
perahu-perahu tersebut juga terdapat kapal perang yang panjang dan dangkal
atau pangajava untuk membawa dagangan dari Sunda ke Malaka.
Sumber
tertulis Cina dapat memberikan sedikit informasi mengenai kapal-kapal Cina yang
datang ke Batavia. Kapal-kapal Cina (jung) yang singgah di Batavia umumnya
memiliki tiga layar dengan berbagai ukuran, dari dua ratus sampai delapan ratus
ton. Terbuat dari kayu dan dipersenjatai dengan lengkap untuk mengantisipasi
serangan perompak. Van Leur menceritakan mengenai pasokan komoditi Cina bahwa
armada dagang Cina di Batavia,
Pada
1625 mempunyai tonase seluruhnya lebih besar dari tonase seluruh armada Kumpeni
Belanda. Sementara itu, berdasarkan berita tertulis Inggris dapat diketahui
nama-nama kapal yang berlabuh di Sunda Kelapa pada saat melakukan penyerangan
terhadap Jayakarta adalah kapal-kapal dari Inggris di antaranya kapal Globe,
Samson, Thomas, Unicorne, Rose, Black Lio, James Royall, de Hont, Britten dan
kapal Peppercorne. Sedangkan kapal-kapal Belanda antara lain Wapen
van Amsterdam, Golden Lion, Devil of Delft, Moone, Clove, Sunne, dan Bergeboat.(10)
F.
Kesimpulan
Pelabuhan Sunda Kelapa adalah pelabuhan yang bertaraf
internasional dimana pelabuhan ini mempunyai tempat yang strategis bagi para
pelayar untuk singgah dan menjajahkan dagangannya oleh para pribumi dimasanya.
Pada kerajaan pajajaran komoditi yang terkenal adalah Lada sedangkan menurut
Tome Pires “Pelabuhan sunda Kelapa adalah pelabuhannya rempah-rempah dimana
market eropa sangat menginginkan eropa sehingga semuanya ingin menguasainya.
Pada Masa Pangeran jayakarta atau biasa dikenal
Fathahilah Pelabuhan tersebut dikuasai bukan hanya untuk prekonomian saja akan
tetapi digunakan untuk berdakwah menyiarkan agama islam.lain hal jika di kuasa
oleh Belanda selama kurang lebih 300 tahun Pelabuhan ini sudah menyumbangkan Kas Belanda untuk
membangun Kotanya di Amsterdam sekaligus memonopoli perdagangan.
Pelabuhan Sunda Kelapa di era ini sudah menjadi pelabuhan
seperti sedia kala akan tetapi pelabuhan ini hanya pada kapasitas bongkar muat
kayu yang berasal dari Kalimantan, bongkar muat sembako dan lain-lain.
End Note
1.
Corteso, Amando, The Suma oriental of tome
pires, an account of the east, from red sea to japan, written in Malacca and
india 1512-1515,London, Hakluyt Society, 1944, vol 2 hal.166-168
2.
J.Knaap, Gerrit, Shallow Waters, Rising Tide,
Leiden, KITLV Press, 1996, hal 152
3.
Haris, tawalinuddin, Kota dan Masyarakat
Jakarta dari Kota Tradisional ke Kota colonial (abad XVI-XVIII), Jakarta, Widya
Saputra, 2007.hal 23
4.
Ibid 37
5.
Susan, Blackburn, Jakarta Sejarah 400 tahun,
Jakarta, Komunitas Bambu, 2011, hal 125
6.
Supratikno, Rahardjo, Sunda kelapa sebagai
Bandar di Jalur Sutra, Jakarta, Laporan Penelitian, Kemendikbud, 1996 hal 26
7.
Taylor.J.Gelman, Kehidupan Sosial di Batavia,
Jakarta, komunitas Bambu,2009 , hal 165
9.
Ibid
10. Guide
Museum Bahari dan papan keterangan
Daftar Pustaka
ð Corteso,
Amando, The Suma oriental of tome pires, an account of the east, from red sea
to japan, written in Malacca and india 1512-1515,London, Hakluyt Society, 1944,
vol 2
ð J.Knaap,
Gerrit, Shallow Waters, Rising Tide, Leiden, KITLV Press, 1996,
ð Haris,
tawalinuddin, Kota dan Masyarakat Jakarta dari Kota Tradisional ke Kota
colonial (abad XVI-XVIII), Jakarta, Widya Saputra, 2007.
ð Susan,
Blackburn, Jakarta Sejarah 400 tahun, Jakarta, Komunitas Bambu, 2011
ð Supratikno,
Rahardjo, Sunda kelapa sebagai Bandar di Jalur Sutra, Jakarta, Laporan
Penelitian, Kemendikbud, 1996.
ð Taylor.J.Gelman,
Kehidupan Sosial di Batavia, Jakarta, komunitas Bambu,2009.
ð Guide
Museum Bahari dan papan keterangan
KATA PENUTUP
Demikianlah yang dapat kami
sampaikan mengenai penelitian yang menjadi bahasan dalam Penelitian ini,
tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan kurangnya
rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan penelitian ini
Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah penelitian ini.
Semoga makalah Penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca .
Aamiin
PENULIS
Fathzry Ardillah
SKI
5B
1112022000041
PROMO FREEBET 1 JUTA MERIAHKAN NATAL DAN TAHUN BARU 2019 BOLAVITA
BalasHapus- Promo Frenzy Bonus 3% Berlaku Untuk Seluruh Games Bolavita Dari Santa Claus ( Kecuali Togel )
- Untuk Bola Tangkas Dapat Claim Bonus Dengan Syarat Withdraw Mencapai Win / Loss 25% dari Nilai Deposit + Bonus
- Promo Berlaku untuk Member Yang Melakukan Deposit Minimal Rp 100.000
- Maksimal Bonus Dapat di Claim adalah Rp 1.000.000
- Syarat Penarikan Dana Adalah Melakukan Turnover Minimal 1x Dari Bonus + Deposit
- Contoh ( Deposit 1000 ) + ( bonus 3% = 30 ) = 1000 + 30 = 1030 anda harus melakukan Valid Bet Senilai 1030 untuk melakukan penarikan dana
- Anda Tetap Dapat Mengikuti Promo Cashback Apabila Telah Mengikuti Promo Frenzy Bonus Santa
- Apabila Belum Mencapai Turnover Sudah Melakukan Withdraw Bonus Frenzy Kami Tarik Kembali
- 1 User ID Berhak Melakukan Claim 1x
- Kami Berhak Membatalkan Bonus Apabila Terdapat Indikasi Kecurangan
- Untuk Freebet Santa Dibagikan Secara Otomatis Setiap Anda Melakukan Deposit
* Tanggal 24 Desember Pukul 23:00 WIB Sampai Dengan Tanggal 25 Desember Pukul 05:00 WIB
* 31 Desember 2018 Pukul 22:00 WIB Sampai Dengan Tanggal 1 Januari 2019 Pukul 07:00 WIB
The Casino at Washington, D.C. | Mapyro
BalasHapusCasino at Washington, 안양 출장안마 D.C. 태백 출장안마 is an affordable option for 경상남도 출장마사지 those looking for a quick getaway to 전라남도 출장안마 a 나주 출장안마 beautiful casino resort located just a short